Perbanyak Bersyukur Ya !

 Perbanyak Bersyukur Ya !

Oleh : Ismawati

@ismaaaaa21

Tidak terasa, usia terus bertambah. Jatah hidup di dunia semakin berkurang. Berbicara soal usia, sebenarnya itu hanyalah soal angka. Sebab banyak yang seusia, tapi mengalami fase hidup yang berbeda-beda. Misalnya, ada yang berusia 21 tahun sudah memiliki anak, ada yang baru menikah, ada yang sedang menempuh jenjang perkuliahan, ada yang sedang bekerja, bahkan ada yang sudah meninggal dunia. Semua orang memiliki fase hidupnya masing-masing, tidak bisa disamakan. Allah sudah menakar dan menentukan itu semua. Dan aku bersyukur, di usia yang ke-21 tahun ini Allah masih memberikanku kesempatan untuk hidup, dan salah satu kesempatan itu aku manfaatkan untuk berbagi cerita melalui tulisan ini.

Memasuki usia kepala dua, ternyata tidak mudah ya. Tugas kuliah yang semakin numpuk, sampai di titik udah buka laptop tapi bingung yang mana yang harus dikerjain duluan karena deadlinenya berdekatan semua. Belum lagi amanah di organisasi, mengajar, tugas di rumah sebagai kakak rumah tangga misalnya bagi anak perempuan pertama seperti aku dan lain sebagainya. Padahal dahulu ketika kecil ingin cepat-cepat dewasa. Tapi nyatanya, ketika sudah dewasa ingin kembali lagi ke masa kecil. Meski rasanya sangat mustahil. Tapi bayang-bayang masa kecil terus menghampiri, tampak seperti tidak ada beban yang berat seperti di usia sekarang ini. Rasanya lelah tak berujung.

Namun, apakah mengeluh akan membuat semua tugas selesai atau semua beban hilang? Oh, tentu saja tidak. Meskipun mengeluh adalah suatu hal yang wajar, tapi jika mengeluh menjadi kebiasaan tentu saja akan berakibat fatal. Terlalu banyak mengeluh, mungkin karena kita hanya melihat segala sesuatu dari satu sudut pandang saja tanpa melihat sudut pandang yang lain. Kita hanya melihat diri kita sendiri yang kelelahan, tanpa melihat orang tua yang jauh lebih lelah mencari nafkah untuk membiayai kehidupan kita. Atau bahkan kita juga tidak melihat diluar sana banyak sekali orang seusia kita yang menginginkan berada di posisi kita. Yuk, coba untuk melihat ke arah sana. Nyatanya, penglihatan kita masih sangat sempit dalam dunia yang sangat luas ini.

Dua puluh satu tahun bukanlah waktu yang singkat. Banyak hal yang telah dilalui. Pahit manisnya kehidupan telah dirasakan selama 21 tahun ini. Meskipun jika Allah masih mengizinkan raga ini untuk hidup hingga usia selanjutnya pasti akan semakin banyak hal yang dilalui. Sejatinya, manusia pasti akan tumbuh dan berkembang, tidak akan mungkin stagnan tanpa perubahan. Tapi rasanya saat menginjak fase dewasa itu berat karena semakin banyak beban dan tanggung jawabnya, tapi tetaplah yakinkan diri mampu untuk melewati semuanya. Rasanya sayang sekali jika menyerah begitu saja hanya karena lelah.

Perjuangan selama ini menjadi saksi bahwa aku kuat untuk menjalani semuanya. Kegagalan yang aku temui selama ini memberikanku banyak hikmah bahwa apa yang aku inginkan belum tentu yang terbaik untukku. Karena sejatinya Allah memberikan apa yang aku butuhkan bukan apa yang aku inginkan. Dan benar saja, contohnya saat ini saja Allah menetapkan aku untuk berada di program studi yang sama sekali tidak aku idam-idamkan sebelumnya, bahkan tidak terlintas dalam pikiran sama sekali untuk bisa menyelami luasnya keilmuan dalam bidang kemasyarakatan seperti saat ini. Sempat berfikir, mengapa Allah takdirkan ini untukku. Tapi seiring berjalannya waktu, hikmahnya mulai terasa. Berbagai hikmah hadir melalui pengalaman yang dilalui selama menjalani proses belajar di masa kuliah ini. Dasar aku, manusia memang harus ditampar dulu baru sadar ya.

Namun, dibalik rasa syukur itu terkadang masih ada rasa insecure karena melihat teman-teman di perkuliahan yang keren-keren, potensinya luar biasa. Sedangkan aku? Hanya mahasiswa biasa saja. Rasanya manusia memang tidak pernah selesai berkeluh kesah ya. Sudah Allah beri ini beri itu tapi tetap saja merasa ada yang kurang. Maha Baik Allah hadirkan keluarga, kerabat, dan teman yang sangat menghargai segala kekurangan dalam diri ini, senantiasa memberikan support terbaik untuk terus berproses menjadi versi aku yang lebih baik lagi dan lagi.

Maha baik Allah kepadaku selama ini, hanya saja aku yang sering mengeluh, seringkali pula merasa paling lelah, tanpa menyadari bahwasannya dunia memang tempat lelah. Karena dunia tempat berproses, dan di akhiratlah tempat meraup semua hasil berlelah-lelah di dunia. Terimakasih atas segalanya Ya Allah. Dan, terimakasih untuk diriku sendiri sudah berproses selama 21 tahun ini. Semoga Allah menghendaki diri ini untuk melanjutkan berproses lagi di usia selanjutnya.

“Tetap semangat, jadi versi terbaik diri sendiri. Dan jangan lupa perbanyak bersyukurnya ya !”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perspektif Makna Teman

Sabar ya, Sedikit lagi !